BISNIS, STRATEGI DALAM INDUSTRI SEPAK BOLA




Di era seperti sekarang, sepak bola bukan hanya sebuah pertandingan. Sepak bola tidak lagi hanya sebuah tontonan hiburan bagi pecinta bola di seluruh dunia tetapi lebih dari itu sepak bola profesional telah berkembang menjadi sebuah industri besar atau menjadi sebuah bisnis yang cukup menjanjikan. Ini semua bukan tentang memenangkan sebuah pertandingan tapi juga bagaimana mendapatkan uang yang besar. Masuknya investor-investor baru dengan dana tidak terbatas yang mengakuisisi klub dari pemilik lama serta kontrak sponsorship baru menjadi suatu hal yang sangat penting.

Menurut statistik dari ESPN TV pada World Cup 2014, terdapat 3 milyar messages melalui Facebook dan 672 juta twits melalui Twitter yang di post selama piala dunia 2014. Hal ini mengindikasikan bahwa sepak bola telah berkembang menjadi olahraga global. Imbasnya terjadi pada klub-klub sepak bola dimana klub-klub sepak bola sekarang telah berkembang menjadi sebuah brands di pasar global itulah mengapa posisi finansial klub menjadi sangat penting. 

Terdapat 3 sumber pendapatan dari klub,yang pertama berasal dari matchday (ticket, hospitality sales), yang kedua adalah broadcast rights (uang distribusi dari keikutsertaan di kompetisi domestik, cups, dan kompetisi eropa), dan yang terakhir berasal dari commercial sources (sponsorship, merchandising, dan aspek komersial lain).
   
Forbes baru saja merilis "The World's Most Valuable Soccer Teams 2017" dan Manchester United menjadi tim dengan nilai brand tertinggi dari seluruh tim sepak bola dunia dengan nilai $3.69 billion. Revenue value dari The Red Devils selama musim 2016/2017 sebesar $765 million atau lebih besar $77 million dari pemasukan Real Madrid dan Barcelona. Dari sisi pemasukan advertising dan sponsorship Mancehester United meraup $405 million. The Red Devils juga jauh lebih profitable dibandingkan tim-tim Eropa lainnya, dengan memposting operating income sebesar $288 million. Bisa dibayangkan uang-uang ini didapat setan merah disaat mereka absen berkompetisi di UCL bagaimana untuk musim depan disaat mereka kembali berkompetisi di UCL sudah pasti angka-angka tersebut akan jauh melonjak.

Pada artikel yang sama dalam daftar top 20 terdapat 8 tim Inggris, jauh berbeda dengan negara-negara Eropa lain semisal Spanyol yang hanya terdapat 3 tim, Italia dengan 5 tim, Jerman dengan 3 tim ,dan Prancis yang hanya diwakili 1 tim. Perbedaan paling mencolok berasal dari broadcast rights yang dalam hal ini dari nilai hak siar TV. Ada beberapa faktor yang membuat nilai hak siar BPL mengungguli hak siar liga-liga lain. Yang pertama tentu saja BPL merupakan liga paling kompetitif bila dibandingkan liga-liga lain. Contohnya adalah tim seperti Leicester City pernah merasakan indahnya mengangkat trofi BPL. Alasan kedua adalah BPL melakukan langkah cerdas dengan menggeser waktu kick off ke tengah hari sekitar jam 1-3 siang waktu Inggris yang membuat para penonton Asia dapat menonton di jam-jam malam waktu prime time sekitar jam 8-10 malam. BPL sangat menaruh atensi yang besar ke Asia karena Asia memiliki jumlah fan base yang paling besar dibandingkan benua-benua lain. Yang ketiga adalah pembagian nilai hak siar ke seluruh peserta BPL yang relatif tidak berbeda jauh antara tim peringkat 1 sampai peringkat 20.

Bagaimana dengan strategi dan karakteristik bisnis dari tim-tim BPL ? Sebuah jurnal berjudul "Rules of the Game: Strategy in Football Industry" ( İrge Şener  , Ahmet Anıl Karapolatgil, 2015 ) pernah membahas mengenai ini. Data yang digunakan adalah ‘Brand-Finance Football–50’ yang dipublish oleh Brand Finance Plc. Metodologi untuk menentukan nilai brand dari klub-klub sepak bola berdasarkan forecast revenue, estimasi market growth, competitive forces, dll. Sedangkan untuk data revenue dikumpulkan dari dua website, pertama dari website klub tersebut dan kedua dari website yang memiliki kaitan terhadap revenue dari klub-klub sepak bola contohnya dari website federasi domestik maupun internasional.





Tabel diambil dari "Rules of the Game: Strategy in Football Industry"


Secara umum Manchester United, Manchester City, Chelsea, Arsenal digambarkan dengan strategi bisnis yaitu offensive. Tujuannya adalah memenangkan sebanyak mungkin di segala area (sponsor, tiket, broadcast, dll). Tetapi ada beberapa pendekatan yang berbeda, Manchester United misalnya dengan memiliki revenue dan popularitas paling tinggi diantara tim-tim lain cenderung untuk lebih bebas dalam menjalankan strateginya. Yang menarik justru terjadi pada tim-tim lain yang menjadi content-follower dari strategi bisnis Manchester United khususnya Manchester City dan Chelsea sehingga bisnis model yang dijalankannya pun mengikuti apa yang dilakukan Manchester United sedangkan Arsenal memiliki spesialisasi atau terkonsentrasi terhadap pemain-pemain Prancis dan Afrika khususnya Prancis. Hal ini menjadi keuntungan dikarenakan Arsene Wenger yang berasal dari Prancis sehingga Arsenal seperti memiliki relasi yang kuat dengan para pemain Prancis. Tim lain seperti Liverpool ini juga menarik dimana The Reds digambarkan menggunakan strategi distinctive image yang berpengaruh pada model bisnis mereka. Image yang digunakan apalagi kalau bukan filosofi klub "You'll never walk alone", dimana digambarkan dengan menjadi seorang The Reds maka para fans harus mendukung tim kesayangan mereka tanpa apapun pengecualian ataupun komplain terhadap hasil pertandingan.

Memang menarik membahas sepak bola dari sudut pandang lain karena seperti yang ditulis diawal sepak bola bukan lagi sebatas permainan 11 lawan 11 dan hiburan tontonan bagi para pecinta bola. Lebih jauh lagi ada uang dengan jumlah besar yang berputar dibelakangnya. Semakin banyak investor-investor baru dengan dana tidak terbatas membuat nilai kualitas sepak bola juga semakin meningkat. Rasanya dibeberapa tahun mendatang melihat seorang pemain muda dengan prestasi yang belum terlalu mengkilap lalu ditransfer dengan harga 50 juta pounds atau lebih nampaknya akan menjadi suatu hal yang bisa saja. 



Hernadi Faturachman

 
Referensi
İrge Şener  , Ahmet Anıl Karapolatgil, 2015, "Rules of the Game: Strategy in Football Industry"
Deloitte, Football Money League Report, 2015

Comments

Popular posts from this blog

COME TO STADIUM #1 : Hanoi FC Lawan Hai Pong (Vietnam League)

Last Day : Lost in Bangkok

MAKE AC MILAN GREAT AGAIN !